Selasa, 07 Juni 2016

Perempuan Penggerak Pembangunan

Perempuan, pilar utama pendidikan generasi penerus bangsa. 
Kaum perempuan merupakan suatu kelompok masyarakat yang mempunyai pengaruh sangat besar. Termasuk di dalamnya pembangunan. Perempuan memiliki peran penting dan strategis dalam kehidupan. Perempuan bukan saja merupakan tiang keluarga, tetapi juga merupakan tiang negara. Perempuan juga memiliki semangat membangun luar biasa.

Sepanjang sejarah peradaban manusia, peran kaum perempuan, termasuk ibu sangat besar dalam mewarnai dan membentuk dinamika zaman. Lahirnya generasi-generasi bangsa yang unggul dan kreatif, penuh inisiatif, bermoral tinggi, bervisi kemanusiaan, beretos kerja andal, dan berwawasan luas, tidak luput dari sentuhan peran seorang ibu. Ibulah, sosok perempuan yang pertama kali memperkenalkan, menyosialisasikan, menanamkan, dan mengakarkan nilai-nilai agama, budaya, moral, kemanusiaan. pengetahuan, dan ketrampilan dasar, serta nilai-nilai luhur lainnya kepada seorang anak. Dengan kata lain, peran ibu sebagai pencerah peradaban,”pusat” pembentukan nilai, penafsiran makna kehidupan, tak seorang pun menyangsikannya.

Di era globalisasi saat ini yang setidaktidaknya menawarkan tiga iklim, yakni, perdagangan bebas, hadirnya teknologi komunikasi yang mahadahsyat, dan keterbukaan gelombang informasi. Kenyataan perkembangan ini,memang tidak mungkin lagi memasung kaum ibu dalam kungkungan rumah tangga. Mereka juga dituntut untuk memberdayakan potensi dirinya, mewujudkan need of achievement (kebutuhan akan prestasi), dan mengaktualisasikan motivasi intelektualnya. Dalam keadaan demikian, kaum ibu idealnya menjadi sosok androgini, yang bukan saja bisa tampil maskulin di ranah publik dengan capaian prestasi yang seimbang dengan kaum pria. Tetapi, sekaligus tidak menanggalkan sifat femininnya di ranah domestik yang tetap menjaga kelembutan, sikap keibuan, dan ketulusan kasih sayang terhadap suami dan anak-anak. Dengan sosok ini, kaum ibu tetap akan mampu memaksimalkan perannya sebagai pencerah peradaban; peran luhur dan mulia yang sudah teruji lewat sejarah peradaban yang panjang, walaupun sang ibu sibuk meniti karier di panggung publik.
Bahkan, dalam Undang-Undang (UU) No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera diungkapkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri dengan anaknya atau ibu dengan anaknya atau ayah dengan anaknya.
Dari batasan tersebut, peran seorang ibu dalam lingkup domestik atau dalam lingkup keluarga memiliki entitas pengabdian yang tinggi. Ia menjadi “ruh” keluarga yang akan menjadi penentu ”mati hidupnya” sebuah paguyuban batin (keluarga), menjadi “pelepas anak panah” keluarga sesuai sasaran bidik yang dituju. Tidak jarang keluarga yang gagal dalam membangun fondasi kesejahteraan lantaran kekurangsiapan seorang ibu dalam menjalankan peran domestiknya. Dalam konteks yang demikian itu, peran seorang ibu dalam memaksimalkan fungsi keluarga menjadi semakin penting untuk mendapatkan perhatian khusus.

 ”Kiprah perempuan Indonesia di berbagai bidang pun dalam mengisi kemerdekaan sudah tidak diragukan lagi. Salah satu bidang di mana peran perempuan sangat menonjol adalah di bidang kemanusiaan,” ujar Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2010 Linda Amalia Sari.

Ia mengemukakan, semenjak masa perang kemerdekaan, banyak perempuan yang tergabung secara sukarela sebagai anggota Palang Merah yang bertugas mengobati para pejuang yang terluka saat berperang. Selain itu, menurutnya, peran perempuan dalam menyediakan pelayanan logistik bagi para pejuang kemerdekaan juga memberikan andil yang besar dalam meningkatkan semangat dan tekad untuk selalu berjuang mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Semangat kemanusiaan dalam diri perempuan pejuang kemerdekaan, perlu dihidupkan dan dibangkitkan kembali di masa kini.

Bukan Sekadar Agen 

Perempuan bukan hanya sekadar agen, tetapi penggerak pembangunan. Dimana kaum perempuan sebagai pendorong pembangunan, maka di situlah pembangunan akan berjalan. Jadi, menafsirkannya jangan buruk dan baik. Kalau perempuan jadi agen pembangunan, jadi penggerak pembangunan, maka di negeri itulah bergerak pembangunan. Kaum perempuan ini merupakan suatu kelompok masyarakat yang mempunyai pengaruh sangat besar. Termasuk di dalamnya pembangunan. Ia menegaskan, kalau perempuan tidak ikut membangun berarti pembangunan macet. Tetapi, bila perempuan memiliki semangat membangun, tentu negeri itu akan bergiat membangun dan maju.

Sumber: Gemari Edisi 111/Tahun XI/April 2010

Rachmat

Yayasan Bina Keluarga Harapan

Beri mereka bantuan. Bina mereka dengan keterampilan. Jadilah mereka keluarga mandiri dan sejahtera. Mencetak generasi penerus bangsa yang unggul dan berbudi luhur.

0 komentar:

Posting Komentar